Isak tangis keluarga Bunga ( nama samaran) usia 15 Tahun, korban dugaan pelecehan seksual di Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, hingga kini belum juga reda. Luka batin yang ditanggung sang anak masih dalam, sementara langkah keluarga untuk mencari keadilan terhalang keterbatasan biaya. Harapan seakan pupus, hingga sebuah kabar baik datang dari kursi legislatif.
Hajarul Aswad, anggota DPRK Aceh Tamiang dari Fraksi PAN menyampaikan keprihatinan mendalam atas tragedi yang menimpa Bunga. Ia menegaskan, kasus pelecehan seksual terhadap anak bukan perkara sepele, dan tidak boleh dibiarkan begitu saja hanya karena keluarga korban terbelenggu keterbatasan ekonomi.
“Anak ini sudah cukup menderita. Jangan sampai air mata mereka tertahan hanya karena uang. Saya pribadi akan membantu semaksimal mungkin agar keluarga korban bisa menempuh jalur hukum dan memperoleh keadilan yang layak,” tegas Hajarul Aswad dengan suara bergetar, rabu (17/9/2025).
Ia menambahkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan kepolisian serta lembaga terkait untuk memastikan kasus ini ditangani secara serius. Tidak hanya itu, ia juga mendorong agar pemerintah daerah memberikan pendampingan psikologis kepada Bunga yang masih berusia belia.
“Ini bukan hanya tentang hukum, tapi juga tentang masa depan seorang anak. Korban butuh perlindungan, butuh pemulihan mental, agar ia bisa kembali menatap hidup dengan senyum, bukan dengan tangis,” lanjutnya.
Kehadiran Hajarul Aswad memberi secercah harapan baru bagi keluarga Bunga yang sebelumnya merasa sendirian. Sang ayah yang selama ini terdiam hanya bisa menunduk haru, sementara ibunya kembali meneteskan air mata—kali ini bukan semata karena duka, tetapi juga karena hadirnya tangan yang mau menggenggam mereka di tengah gelapnya jalan.
Kasus ini kini bukan lagi hanya urusan keluarga kecil di Manyak Payed. Ia telah menjadi perhatian publik, sebuah alarm keras bahwa pelecehan seksual terhadap anak adalah luka masyarakat bersama yang harus disembuhkan dengan keberanian, keadilan, dan kepedulian.